Panorama Pulau Rinca Takjubkan Peserta Fam Trip Singapore-Malaysia
A
A
A
LABUAN BAJO - Puluhan peserta FamTrip Minat Khusus Diving Pasar Singapura dan Malaysia yang diboyong Kementerian Pariwisata RI langsung trekking ke Pulau Rinca, Loh Buaya atau Teluk Buaya. Rupanya mereka sudah tidak sabar menyaksikan keunikan panorama pantai dan bukit, tempat “dinosaurus” Komodo itu berhabitat.
Begitu tiba di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), rombongan sepakat untuk langsung jalan ke satu dari 10 top destinasi prioritas itu. Dari bandara menuju Pulau Rinca ditempuh dengan perjalanan darat dan laut. Perjalanan darat hanya sekitar 10 menit menuju pantai Labuan Bajo. Kemudian dari pantai itu, dilanjut dengan naik speed boat sekitar 75 menit untuk perjalanan menuju pintu masuk Pulau Rinca.
Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Perjalanan Wisata Pengenalan Umum, Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata RI, Andriyatna Rubenta mengatakan Pulau Rinca juga menjadi salah satu pulau di NTT yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak komodo liar. Selain itu, juga di pulau itu juga masih ada kera liar yang hidup bebas di bawah hutan yang ada.
“Pulau ini juga menjadi tempat trekking bagi wisatawan. Selain rute yang menantang, juga pemandangannya bagus. Dari salah titik daerah tertinggi di pulau itu, akan bisa terlihat pemandangan yang menawan menuju arah permukaan laut,” papar dia.
Pulau Rinca menjadi salah satu pulau yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau itu terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Selain di Pulau Rinca, komodo juga hidup di tiga pulau lainnya, yaitu Pulau Komodo, Gili Motang, dan Nusa Kode, yang semuanya juga masuk kawasan Taman Nasional Komodo.
“Jumlah Komodo di sini juga lumayan banyak. Jadi harus berhati-hati. Wisatawan yang melakukan trekking akan didampingi oleh ranger. Jumlah ranger tergantung jumlah rombongannya, bisa satu orang bahkan sampai empat orang,” katanya.
Pulau Rinca memiliki hamparan alam yang menakjubkan. Begitu sampai di pulau itu, Anda akan disambut dua patung komodo setinggi tiga meter tidak jauh dari pintu dermaga. Pemandangan di Pulau Rinca seperti di gurun savana, walaupun tandus dan gersang tapi indah. Pada beberapa titik banyak tumbuh pepohonan bakau menghiasi habitat sang naga purba ini. Begitu memasuki gerbang “Selamat Datang”, hanya beberapa meter dari pintu masuk, para komodo sudah menyambut.
Salah satu ranger yang mendampingi rombongan Fam Trip Kemenpar RI, Agus, mengatakan, komodo tidak muncul setiap saat. Karena memang komodo itu makhluk yang betah lapar atau jarang mencari makan. Sejumlah komodo yang mau memunculkan dirinya juga biasanya hanya berdiam saja di bawah rumah dan dapur para ranger. Berkeliarannya komodo di area ini karena bau makanan yang memancing mereka berkumpul. Penciuman hewan pemangsa ini sangat tajam.
“Namun komodonya bukan berarti tidak berbahaya. Komodo mampu mencium bau hingga jarak 5 km. Bagi perempuan yang sedang haid harap memberitahu ranger, karena sangat berbahaya dan sebaiknya berada tetap di dalam rombongan,” kata Agus, yang mengaku berasal dari Boyolali ini.
Ada enam trek atau rute yang bisa dipilih wisatawan, dari trek pendek, sedang hingga terpanjang. Trek pendek ditempuh dalam waktu 40—60 menit. Trek yang panjang bisa tiga kali lipatnya.
Di tengah trek, ranger akan menunjukkan sarang komodo. Sarang komodo berbentuk lubang dengan kedalaman sekitar 2 meter. Di tempat inilah sang kadal raksasa bertelur.
Bagi yang suka petualangan menantang, disarankan memilih trek terpanjang. Kemungkinan Anda akan menjumpai komodo dengan berbagai ukuran, juga lebih besar tentunya.
“Komodo itu juga tidak setiap hari mau nongol. Ketika masa bertelur, komodo akan diam menjaga telurnya hingga tiga bulan lamanya. Kemudian dia pergi dan kembali ketika telurnya akan menetas. Dia akan melihat anaknya menetas. Anehnya, tidak untuk dilindungi agar tumbuh besar namun akan dimangsa sendiri. Tapi anaknya itu akan berusaha menyelematkan diri dengan berusaha kabur naik ke atas pohon sebelum dimangsa,” papar Agus.
Semua cerita komodo itu dicatat, disaring, diabadikan, diambil gambar dan ilustrasi videonya oleh para peserta FamTrip. Mereka mulai mengantungi cerita dan gambar yang siap diolah dalam blog, website, dan media sosialnya.
“Pekan lalu Media dan Industri Wisata Thailand yang kami ajak Famtrip di Labuan Bajo. Kali ini giliran Singapura dan Malaysia, dua pasar utama wisata Indonesia,” sebut Rizki Handayani, Asdep Pengembangan Pemasaran ASEAN yang mendampingi Deputi I Gde Pitana yang fokus menggarap pasar mancanegara.
Peserta Fam Trip Kemenpar RI sangat menikmati trekking itu. Tak henti-hentinya mereka menjempretkan kameranya, baik ke titik fokus yang indah atau memotret dirinya sendiri (biasanya disebut selfie). “Sangat indah. Menakjubkan,” kata Mohammed Hazli, peserta dari utusan media Malaysia.
Selepas dari Pantai Rinca, rombongan diboyong ke Pulau Kanawa. Menuju pulau itu, dibutuhakan waktu sekitar 45 menit dengan naik speed boat. Laut di sekitar Pulau Kanawa adalah sangat indah dan menawan. Tempat itu menjadi tempat wisata snorkling atau diving yang favorit.
“Labuan Bajo itu terpilih menjadi snorkel site terbaik kedua dunia, versi CNN Internasional. Nomor satunya Raja Ampat Papua dan nomor tiganya Kepulauan Galapagos di Atlantik, dekat Amerika Latin,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Begitu tiba di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), rombongan sepakat untuk langsung jalan ke satu dari 10 top destinasi prioritas itu. Dari bandara menuju Pulau Rinca ditempuh dengan perjalanan darat dan laut. Perjalanan darat hanya sekitar 10 menit menuju pantai Labuan Bajo. Kemudian dari pantai itu, dilanjut dengan naik speed boat sekitar 75 menit untuk perjalanan menuju pintu masuk Pulau Rinca.
Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Perjalanan Wisata Pengenalan Umum, Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata RI, Andriyatna Rubenta mengatakan Pulau Rinca juga menjadi salah satu pulau di NTT yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak komodo liar. Selain itu, juga di pulau itu juga masih ada kera liar yang hidup bebas di bawah hutan yang ada.
“Pulau ini juga menjadi tempat trekking bagi wisatawan. Selain rute yang menantang, juga pemandangannya bagus. Dari salah titik daerah tertinggi di pulau itu, akan bisa terlihat pemandangan yang menawan menuju arah permukaan laut,” papar dia.
Pulau Rinca menjadi salah satu pulau yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo. Pulau itu terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Selain di Pulau Rinca, komodo juga hidup di tiga pulau lainnya, yaitu Pulau Komodo, Gili Motang, dan Nusa Kode, yang semuanya juga masuk kawasan Taman Nasional Komodo.
“Jumlah Komodo di sini juga lumayan banyak. Jadi harus berhati-hati. Wisatawan yang melakukan trekking akan didampingi oleh ranger. Jumlah ranger tergantung jumlah rombongannya, bisa satu orang bahkan sampai empat orang,” katanya.
Pulau Rinca memiliki hamparan alam yang menakjubkan. Begitu sampai di pulau itu, Anda akan disambut dua patung komodo setinggi tiga meter tidak jauh dari pintu dermaga. Pemandangan di Pulau Rinca seperti di gurun savana, walaupun tandus dan gersang tapi indah. Pada beberapa titik banyak tumbuh pepohonan bakau menghiasi habitat sang naga purba ini. Begitu memasuki gerbang “Selamat Datang”, hanya beberapa meter dari pintu masuk, para komodo sudah menyambut.
Salah satu ranger yang mendampingi rombongan Fam Trip Kemenpar RI, Agus, mengatakan, komodo tidak muncul setiap saat. Karena memang komodo itu makhluk yang betah lapar atau jarang mencari makan. Sejumlah komodo yang mau memunculkan dirinya juga biasanya hanya berdiam saja di bawah rumah dan dapur para ranger. Berkeliarannya komodo di area ini karena bau makanan yang memancing mereka berkumpul. Penciuman hewan pemangsa ini sangat tajam.
“Namun komodonya bukan berarti tidak berbahaya. Komodo mampu mencium bau hingga jarak 5 km. Bagi perempuan yang sedang haid harap memberitahu ranger, karena sangat berbahaya dan sebaiknya berada tetap di dalam rombongan,” kata Agus, yang mengaku berasal dari Boyolali ini.
Ada enam trek atau rute yang bisa dipilih wisatawan, dari trek pendek, sedang hingga terpanjang. Trek pendek ditempuh dalam waktu 40—60 menit. Trek yang panjang bisa tiga kali lipatnya.
Di tengah trek, ranger akan menunjukkan sarang komodo. Sarang komodo berbentuk lubang dengan kedalaman sekitar 2 meter. Di tempat inilah sang kadal raksasa bertelur.
Bagi yang suka petualangan menantang, disarankan memilih trek terpanjang. Kemungkinan Anda akan menjumpai komodo dengan berbagai ukuran, juga lebih besar tentunya.
“Komodo itu juga tidak setiap hari mau nongol. Ketika masa bertelur, komodo akan diam menjaga telurnya hingga tiga bulan lamanya. Kemudian dia pergi dan kembali ketika telurnya akan menetas. Dia akan melihat anaknya menetas. Anehnya, tidak untuk dilindungi agar tumbuh besar namun akan dimangsa sendiri. Tapi anaknya itu akan berusaha menyelematkan diri dengan berusaha kabur naik ke atas pohon sebelum dimangsa,” papar Agus.
Semua cerita komodo itu dicatat, disaring, diabadikan, diambil gambar dan ilustrasi videonya oleh para peserta FamTrip. Mereka mulai mengantungi cerita dan gambar yang siap diolah dalam blog, website, dan media sosialnya.
“Pekan lalu Media dan Industri Wisata Thailand yang kami ajak Famtrip di Labuan Bajo. Kali ini giliran Singapura dan Malaysia, dua pasar utama wisata Indonesia,” sebut Rizki Handayani, Asdep Pengembangan Pemasaran ASEAN yang mendampingi Deputi I Gde Pitana yang fokus menggarap pasar mancanegara.
Peserta Fam Trip Kemenpar RI sangat menikmati trekking itu. Tak henti-hentinya mereka menjempretkan kameranya, baik ke titik fokus yang indah atau memotret dirinya sendiri (biasanya disebut selfie). “Sangat indah. Menakjubkan,” kata Mohammed Hazli, peserta dari utusan media Malaysia.
Selepas dari Pantai Rinca, rombongan diboyong ke Pulau Kanawa. Menuju pulau itu, dibutuhakan waktu sekitar 45 menit dengan naik speed boat. Laut di sekitar Pulau Kanawa adalah sangat indah dan menawan. Tempat itu menjadi tempat wisata snorkling atau diving yang favorit.
“Labuan Bajo itu terpilih menjadi snorkel site terbaik kedua dunia, versi CNN Internasional. Nomor satunya Raja Ampat Papua dan nomor tiganya Kepulauan Galapagos di Atlantik, dekat Amerika Latin,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
(alv)